Angkasa Band Sungai Muntik


Kudedikasikan untuk pak Ngah, Pak Teh, Pak cu serta Pak Usu

Tahunnya aku lupa, berbekal beberapa kunci nada yang aku ketahui ketika meminjam keyboad salah seorang temanku warga tiong hwa, Adi, Aku nekad menggabungkan diri dengan band kampungku yaitu Angkasa Band. Kebetulan ketiga orang pamanku pak teh pada lead guitar,pak Ngah pada bass dan Pakcu pada rhytem serta pak wa Rahim yang juga masih termasuk pamanku karena bersepupu dengan paman-pamanku tadi bertugas menggebuk drum. Band kampungku ini kekurangan satu pemain yaitu pemain keyboard. Dasar memang karena masih berusia belasan barang kali, aku agak besar kepala karena para personil utama band tadi adalah paman-pamanku, enjoy aja aku nyelonong pas lagi pada latihan. 

Walhasil, karena kenekatanku tadi aku sempat mendengar suara-suara sumbang dari beberapa rekan nongkrongku. Halah… aku cuek saja. Tokh tidak semua orang kampung ini bisa memainkan alat-alat ini, pikirku congkak. Terbukti, ketika dibentuk band Angkasa Yunior dan band-band lainnya, kikikik… perlengkapannya… itu-itu saja, ngga ada yang bisa maen sekompak Angkasa Band senior. Kompak di sini mengandung pengertian bisa memainkan nada-nada standar, dan mengiringi biduan maupun biduanita menyanyi sampai selesai. Asal nandanya pas… tancapppp… wwuuuaahhhh… Makin besar nih kepala, karena dari puluhan pemuda kampung, aku yang terpilih langsung masuk tim inti eh.. langsung direkrut tanpa audisi. Tanpa sadar kalo warga udah menilai aku dan paman-pamanku nepotisme abis…

Sebenarnya, jauh sebelum itu, aku pernah satu kali ikut nampil di gedung SD Desa Sungai Muntik, aku lupa lagi nih, dalam rangka apa dan tahun bila. Aku kebagian "ngebeset" gitar rhytem, padahal, besetanku berantakan… aku baru bisa menekan kuci c f g a minor dan d minor… hehehe… selama mengiringi satu lagu, mataku tak henti-hentinya memandang tanga Pak teh yang pengang lead guitar sembari sesekali ngerytem menutupi kesalahanku… mukaku merah, bukan karena tepuk tangan penonton yang antunsias menyaksikan penampilan kami, melainkan malu karena diomeli sama pak pak teh dan pak cu, Akhirnya baru tiga lagu aku ngacir…

Angkasa Band punya agenda manggung rutin setiap malam minggu. Beruntung, warga kampung Sungai Muntik terbilang amat sangat kompak untuk urusan yang satu ini. Tua, muda, besar kecil, bahu membahu membantu demi kesuksesan acara hiburan. Mulai dari membangun panggung yang terdiri dari jejeran drum minyak yang diberi lantai papan, hingga mengangkut dan memasang semua peratalan. Tak ada tekhnisi khusus untuk itu. Semua dikerjakan secara bergotong royong. PLN belum sampai ke Desa Sungai Muntik, jadi untuk urusan listrik, nyantol ke generator milik RT 4. Kebetulan pula, SD dan lapangan bola terletak di RT4, jadi Pak Teh Ribot yang menjabat ketua RT saat itu mengiyakan saja, malah menggerakkan seluruh warga rt4 untuk membantu. Maklum di kampung, penduduk yang punya TV baru satu dua orang. Jadi warga benar-benar haus akan hiburan.

Untuk mengganti semua biaya opersaional, minyak solar untuk rt4, konsumsi, rokok dan sebagainya, Manajemen angkasa Band punya trik unik. Penonton boleh merequest lagu pilihan yang telah disediakan. Rp. 500.00,- satu kali request. Tugas ini diserahkan kepada Pak Su Jong yang juga merangkap sebagai MC. Begini nih kira-kira aksi Pak su :

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh… Bissmillahirahmanirrahim…Hadirin sekalian, alhamdulillah. Untuk yang kesekian kalinya. Malam ini kembali kita berjumpa dengan Angkasa Band. Semoga anda masih berkenan dan terhibur dengan penampilan kami. Seperti biasa, kita perkenalkan dulu para personel band yaitu Yasan.R pada lead Guitar, Bangsawan pada rhytem, Dorsyah pada Bass, Kojek pada Orgen (kikikik…) dan Rahim Pada drum. Baik untuk mempersingkat waktu, langsung kami bacakan permintaan pertama yang datangnya dari Grup Si Bujang Lapok, Sudilah kiranya Saudari Susi membawakan lagu kesayangannya, dengan pejoget sebagai berikut : Asnan, Alim, Jamel, Agus, Erwan, Kamsiah, Suma, Erni, Sumi dan Elvi. Kepada saudari susi dan para pejoget yang namanya sudah kami sebutkan tadi, waktu dan tempat, kami persilahkan. Terima kasih….".

Jadi sob, request lagu ini merupakan salah satu pemasukan yang lumayan waktu itu. Karena selain yang standar, lima ratusan tadi, diberlakukan pula aturan kartu kilat, misalnya sobat ngasih seribu rupiah untuk satu kali request, maka permintaan sobat akan didahulukan dari yang lima ratus perak, demikian pula bila sobat membayar lima ribu, sudah barang tentu lebih dulu dibacakan permintaannya dari yang seribu rupiah. Paling kere di kocek pasti ada duit seribu perak… lumayan…, buat dua kali joget. Agar ongkos jogetnya ringan… he he he… patungan deh sama 3 atau 4 rekan… asal betah aja nunggu requetnya dapat giliran jam 23 atau jam 24 malam… hahahahahaha… 

Peralatan bandnya sob… ini yang bikin aku salut setengah mampus. Bayagin aja. Drum yang kami pakai bener-bener drum minyak solar yang dipotong dua, untuk symbalnya hehehe… diblog-bolongi kemudian dicanteli paku yang di benkokkan, Snar drum kulit sapi asli, sumbangan Masjid pas hari raya kurban, apa ngga kebalik? Malah masjid yang ngasih sumbangan. Sedang ketiga gitar listrik yang kami pakai aku kurang tahu riwayatnya. Dari ketiganya yang paling berkesan adalah gitar bass, karena untuk membetotnya, jari jempol harus dibalut handyplast terlebih dahulu agar ngga melepuh, dan gitar bass ini terus kami pakai hingga Rafita Band terbentuk. Tentang Rafita Band ini akan aku ceritakan pada postingan berikutnya. 

Sound system pula, mengandalkan beberapa buah ampli. Salah satunya kayak ampli masjid, mereknya TOA, lumayanlah buat bikin geger kampung yang sunyi senyap setiap malam minggu, diperkuat dengan beberapa loudspeker ukuran 10 dan 12 inch, boxnya kira-kira berukuran 1 x 2 meter, tebuat dari kayu tengkawang. Lumayan berat kalo dipikul sendiri. Aku tersenyum ketika menghadiri pesta pernikahan salah seorang sohibku, mataku tertumbuk pada box loudspeker besar-besar di samping rumahnya, kebetulan duit agak lebih, jadi buat memeriahkah suasana diundanglah organ tunggal. Lantas teringat ketika kami gotong royong membuat box ludspeker untuk sound system Angkasa Band, kok ngga dikasi roda??? 

Kebayang ngga mikul box loudspeker berkilo-kilometer jauhnya??? Ini aseli sob… bener-bener asli terjadi. Alkisah…, kami di undang untuk mengisi acara malam mingguan yang rutin di selenggarakan di lokasi transmigrasi Belangin Tiga di seberang desa Sungai muntik. Peralatan diseberangkan dengan motor kelotok lalu selanjutnya perjalanan dilajutkan dengan berjalan kaki. Aku, yang mentang-mentang, sombong dan besar kepala tadi, merasa bahwa aku adalah salah satu personil band, santai saja. Pikirku pasti nanti aku kebagian nenteng keyboard yang ngga sampai lima kiloan beratnya. Weh… dugaankku meleset ketika Bang Mael, penggebuk drum cadangan berteriak lantang. "Berat sama dipikul, ringan sama di jinjing…" seraya memelotoiku. "Ngga personil band, ngga penggembira, semua harus kebagian". Ujarnya lagi seraya mengangkat drum yang paling gede. Dah tahukah kamu bro… yang tersisa buatku adalah satu box lodspeker berukuran 1 x 1½ meter. Kutaksir beratnya mencapai 25 hingga 30 kilo. Kalau yang kupikul itu beras misalnya, aku tak kan mundur. Ini sob, bentuk box persegi empat itu yang bikin sulit….. hhhmmm lunglai lututku. Beruntung sepupuku, Rudy Hartono, berbaik hati dengan bebisik padaku "Tenang bang, nanti kita giliran"… Alhamdulillah… aku membhatin..

Berangkat jam 3 sore dan sampai di Balai Desa Belangin Tiga setengah enam sore, Bayangin sob… kedua bahuku lecet, jidak memar karena terantuk-antuk box. Celana Jeans satu-satunya juga sobek pada bagian lutut… kesepuluh jari tangan terasa sulit untuk digerakkan, padahal jari ini bakal beraksi menjet tuts keyboard… duhh. Begitulah, setelah semua persiapan rampung, kamipun manggung. Baru jam setengah sembilan malam, hujan turun dengan lebatnya… bubar… Sempat ku dengar seorang penonton nyeletuk, "Coba ganti aja deh nama bandnya, jangan pake nama Angkasa, jadi hujan nih…." Aku Cuma nyengir.

Demikan, sekelumit kenaganku bersama Angkasa Band Sungai Muntik, yang hingga saat ini masih lekat dalam ingatan, ingatan yang kadang-kadang bikin aku merasa bahwa baru kemarin semua itu terjadi. Tanpa sadar, detik, menit, jam hari, minggu, bulan dan tahun berlalu begitu cepat meninggalkanku. Banyak pelajaran berhaga yang kupetik, pahit, manis, suka duka… semoga menjadikan aku semakin mawas diri… amin…


( salam buat anggota Gank Kepalak Batu )





 

3 comments:

  1. ceritakan jg lah ttg main band di kayu tunu..

    ReplyDelete
  2. @Jml : Insya Allah sob, msih dlm bentuk draf, smbil mengingat-ingat momen indahnya....

    ReplyDelete
  3. gan, ane lahir di desa itu sekitar 20 thn yang lalu 1994. skarang ane tinggal di Lombok. baru usia 3 thn ane pindah ksini, wajar bapak ane prantau. tapi gan, ane juga punya keluarga disana yang mungkin agan kenal. ane mau nginjekin kaki kesana insyaallah tgl 18 Juli mendatang. moga ketemu sama angkasa band :D

    ReplyDelete

Makasih udah mampir dan kasih komentar ....