Rafita Band Sungai Muntik (Bag.I)

Sejarah terbentuknya Rafita Band

Entah darimana asalnya nama Band ini, aku sendiri ngga jelas. Karena waktu pertama kali manggung pas lebaran Idul Fitri, Mc udah koar-koar memperkenalkan nama band yang tebentuk cuman bermodalkan nekad. Karena pada dasarnya atas niat sekedar memeriahkan suasana lebaran dan mengisi kevakuman band senior (Angkasa Band). Makanya pemilihan nama ini pun tanpa melalui rapat paripurna dan sebagainya. Pokoknya, sejak malam itu brand "RAFITA" ini udah nepel di jidat personilnya... keh keh keh...


Seperti yang aku ceritakan pada posting terdahulu, beberapa pemuda kampung kepengen bikin group band sendiri, Maksudnya, Peralatan yang di pake band senior khan milik karang taruna, berarti siapa saja bisa memanfaatkannya. Nah, Apa salahnya bikin beberapa group, terserah aliran musiknya apa. Toh, latihannya bisa diatur bergiliran. Mmmm... sebuah tujuan mulia tentunya.

Aduhay sayang seribu kali sayang... ngga di kota ngga di kampung. Ngga politik, ngga dapur... selalu saja terjadi  benturan-benturan kepentingan yang menyebabkan beberapa pemuda berfikiran agak maju tadi sedikit ciut. Disamping masih begitu hormatnya mereka dengan para senior, baik itu personil band maupun manajemennya, mereka juga sungkan karena udah ada aku yang mungkin dianggap sebagai wakil generasi muda, cikal-bakal regenerasi. (Narsis ya??? ke ke ke ke... ) 

Melihat kenyataan yang demikian, aku berembuk dengan beberapa karibku, mengadakan pertemuan tertutup, tanpa sepengetahuan para senior. Tujuan kami adalah bagaimana caranya menyusupkan calon-calon penganti mereka tanpa mereka sadari... Ini juga terus terang akal bulusku biar ngga dianggap Nepotisme  oleh sohib-sohibku.

Pemuda pertama yang berhasil gemilang kami antarkan untuk bergabung adalah Ajim, Pembetot Bas nan kocak ini usianya kalau gak salah baru berusia 14 tahun ketika itu. Diiterima baik oleh senior karena permainan bassnya yang terbilang amat sangat lumayan untuk ukuran pemuda kampung seusianya.  (Aku gak kebayang reaksi Ajim kalo dia tau aku menjelek-jelekkannya di sini, wahahahahaha... )

Pemuda kedua yang ujung-ujungnya jadi pemain tetap adalah Bang Yanto. Peniup seruling bambau. he he he... ada juga seruliangnya, hand made, dari pipa paralon 1/2 inch. Berperawakan sedang namun tak banyak cakap (kate orang ponti). Akhirnya selalu ikut latihan dan ikut manggung setiap malam minggunya, cuman, Bang Yanto ini punya masalah dengan Beat / ketukan, Jadi kalo tiba giliran memperdengarkan suara serulingnya, aku memonyongkan mulut memberi aba-aba.

Ketika acara tujuh belasan, Wa Rahim, penggebuk drum senior, berhalangan, digantilah dengan Bang Mael. Namun saat itu Bang Mael tak bisa bermain optimal seperti biasanya karena kakinya keseleo gara-gara maen bola sehari sebelumnya. Manajemen senior kelabakan, daripada pertunjukan berhenti di tengah jalan, mereka akhirnya meminta kepada para pemuda kampung, kalau kiranya ada salah satu yang bisa membantu menggantikan Bang Mael. Nah, kesempatan ini tak disia-siakan oleh para intilijen gerakan bawah tanah pemuda kampung. Lantas mereka mendaulat Bang Kodam untuk duduk dibelakang drum. Aku senyum  sendiri mengingat jerih payah kami selama ini akhirnya membuahkan hasil. Itung-itung gladi buat Ajim, Bang Yanto dan Bang Kodam. 

Malam itu, salah satu moment tak terlupakan buatku. Kami tampil habis-habisan, unjuk gigi sampe unjuk gusi. Kami mau nunjukin kalau yang muda-muda juga bisa, asal dibina dan dikasih kesempatan. 

Semakin sering kami manggung bersama, semakin kerap pula kami merekrut lagi beberapa pemuda. Senior dan manajemennya udah ngga bisa koment apa-apa lagi karena bila pemuda yang kami pilih nampil bersama kami. Triknya begini, pas latihan, temen yang mau kami susupin dikarantina abis-abisan, tak jarang latihan pake gitar bolong doang, istilah kerennya unplungged (seru oy dangdut di unplugged... ) maenkan satu lagu sampe pas bener. Nah giliran manggung, saat pemain utama (senior) misalnya lead guitar, rythem atau bassistnya kebelet ke belakang, langsung dech AGEN hasil olahan kami tadi menggantikan perannya. Bahkan pernah satu ketika, seluruh pemain senior mempersilahkan kami meneruskan manggung sampe selesai, dan alhamdulillah... sukses.

Dari gerakan bawah tanah tadi, kami berhasil menggaet dua lagi pemuda yaitu Agusni pada lead guitar dan Alimin sang basist. jadi kami punya 2 basist sekarang. Karena sering manggung bareng band senior Akhirnya diputuskan untuk menentukan pemain utama dan cadangan. Atas kesepakatan bersama (para pemuda) terpilihlah Agusni, Alimin, Bang Yanto, Kodam dan aku. Sedang cadangan Adalah Ajim. 

Beruntung pula karena kami rata-rata bisa bermain gitar, jadi tukar tempat udah ngga heran lagi. Gitu pula keyboad, aku selalu melatih Ajim dan Alimin, karena rumus nada, misalnya C, F, dan G pada gitar bunyinya akan sama pada keyboad. Tinggal cara menjet tutsnya. Aku dan agusni pun tak urung pula sesekali menggebuk drum saat latihan, Jadi kami selalu bertukar fikiran dan Ilmu. Hanya satu alat musik yang tak bisa aku mainkan, gendang. yang kami istilahkan dengan gendang dangdut. Soalnya aku tak bisa menimpulkan efek bunyi dhuuutt.... yang menjai ciri khas musik dangdut.

Urrrggghhhh... dah keriting nih jari, maklum pake metode ngetik 11 jari. Lagian dah capek nih. ntar kulanjutin ceritaku pada bagian kedua. Ok sob...


3 comments:

  1. Mantap tu' cerita ah.. ditungu' agik cerita kelanjutannya ju

    ReplyDelete
  2. @insan : Makasih atas kunjunganmu sobat

    ReplyDelete

Makasih udah mampir dan kasih komentar ....